Aku pernah berfikir cinta itu hanya
untuk orang-orang yang aneh dan tidak mengerti apa arti kehidupan yang luas.
Aku berfikiran seperti itu ketika masih Sekolah Dasar dan tentu saja umur pada saat itu hanya 10 tahun. Ketika udah lulus dari sekolah dasar, aku tidak mementingkan lagi apa itu namanya cinta, karena yang ada di otak, gimana caranya harus bisa menjadi seorang dokter.
Iya, memang aku dulu seorang anak yang cupu, keren, ganteng, imut dan cakep. Ya benar, lupakan saja lah itu. Aku memilih SMP negeri yang terkenal di dekat rumah, SMP negeri 6 namanya. Ketika aku duduk di kelas 7 dan di kelas 8, aku sama sekali tidak merasakan apa itu namanya kebahagiaan karena yang tercantum di otak, hanya lah bagaimana bisa menjadi orang yang sukses.
Sebenarnya aku adalah seorang yang
memiliki tingkat kepintaran yang tinggi. Itu pun kata guru sih. Tapi dari
hasil pembagian rapor rata-rata lumayan tinggi, karena pada saat itu aku berfikir, “Tidak semua orang mampu mendapatkan mempertahankan posisi yang ada diatas,
jika sudah ada celah baru kita bisa duduk di posisi yang ada diatas tersebut.”
Ketika aku naik kelas 9, pola pembelajaran mulai kacau karena aku menemukan
seorang wanita yang menurutku saat itu cantik. Ternyata dia adalah teman satu
sekolah dan merupakan teman satu les bahasa inggris. Aku pernah terjebak
percakapan dengannya, kira-kira percakapannya seperti ini:
Dia: “hai”
Aku: “….”
Dia: “kenapa?”
Aku: “…”
Dia: “aku udah dijemput tuh, aku pulang duluan
yaa”
Aku: “…..”
Aku: “…..”
Sebut saja namanya Cindy. Dia adalah
seorang anak kelas 9 juga dan merupakan seorang yg duduk di lokal binaan. Oh
iya, aku lupa cerita, aku duduk di lokal unggulan di smp tersebut. Jadi, banyak
yang kenal dengan aku namun sebaliknya aku kurang mengenal banyak orang ketika
SMP. Ini disebabkan karena aku seorang nerd, dan pergaulan itu
kurang berarti ketimbang pelajaran yang harus aku tangkap di kelas. Aku pun
berfikir setelah adanya percakapan diatas, mungkin dia berfikir aku adalah:
1. Aku anak yang sombong, karena gak ada ngerespon apa pun yang dia omongin pada saat itu
2. Dia mungkin mengira aku bisu atau tuli atau mungkin lebih buruk dari itu.
3. Dia mungkin mengira aku udah buang air besar di celana.
1. Aku anak yang sombong, karena gak ada ngerespon apa pun yang dia omongin pada saat itu
2. Dia mungkin mengira aku bisu atau tuli atau mungkin lebih buruk dari itu.
3. Dia mungkin mengira aku udah buang air besar di celana.
Namun di dalam hati kecil, itu
merupakan hal yang paling indah dan berkesan. Pengibaratannya seperti ketika
seorang raja api menyemburkan api lalu tertawa dengan keras seperti HAHAHAHA
atau dengan tekanan a minor HaHaHaHa atau juga dengan tekanan a minor lalu
ditambah sedikit a mayor dan perubahannya menjadi seperti HAHaHAHa. Menurutku, itu adalah suatu progress yang besar dan maju dalam perkembangan kehidupan
percintaanku yang suram saat itu. Lalu selang sekitar 2 minggu, aku bicara
dengan dia tanpa berfikir panjang lagi dan langsung nembak si doi, men. Jadi,
aku langsung ngajak di sekitar taman bunga sekolah, lalu terlibat percakapan
seperti ini:
Aku: “Eh, kamu mau nggak jd pacar aku?”
Dia: “….”
Aku: “gimana?”
Dia: “…..”
Aku langsung berfikir saat itu juga bahwa dia:
1. Dia terlalu normal buat aku
2.Atau mungkin penyakit matanya yang dulu udah sembuh.
1. Dia terlalu normal buat aku
2.Atau mungkin penyakit matanya yang dulu udah sembuh.
Setelah berfikir aku langsung bilang
mengatakan:
Aku: “Udara nya cerah yaa? Kamu tau gak ini
bulan apaa?”
Dia: “Mei kan?”
Aku: *dalam hati* mampus , kalau
sekarang bulan April kan gak bisa ngeles. “Oh iyaa, MEI
MOOOOP.”
Dia: “….”
Dan endingnya kalian pasti udah tau tanpa
aku certain di sini. Iya benar banget, ditolak-nangis 40 hari 40
malam-showeran. Kenapa aku mengangkat judul "Love is not blind?"
Karena, menurut aku kalau cinta itu buta pasti di akhir cerita pasti aku udah bakal
diterima sama si Cindy.
Dari sini aku udah dapat menarik kesimpulan bahwa “cinta yang dipaksakan itu sangat tidak baik apa lagi kalau kita mengetahui nya ketika kita sudah memiliki hubungan cinta tersebut”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar