Aku terbangun dari tidur. Entah angin
apa yg bisa membangunkan dari tidur siangku ini. Aku terpaku di depan jendela
kamar. Mencoba mengingat setiap kejadian lucu yg ada di alam mimpi. Ini sungguh
aneh, aku berjumpa dengan dia hanya dua kali di sekolah dan dia langsung
terseret di alam mimpiku dan menjadi pusat perhatian di otak ini.
Mungkin melalui alam mimpi kau
mencoba meyakinkan padaku bahwa hanya kau lah yg terbaik untukku. Namun semua
berkata lain. Di alam mimpi juga kau meyakinkanku hanya tawamu yg bisa
mengalihkan diriku dari rutinitas yg ku jalani. Tapi karena kelemahan ku juga
lah yg membuatmu lepas dari ku. Di alam mimpi kau meyakinkan diriku bahwa hanya
kau lah penyemangat pagi di awal aktivitasku. Yak, karena kesalahan terbesar ku
jugalah kau pergi dari ku.
Aku pun menyadari bahwa kehadiranmu,
tawamu dan senyumanmu di mimpiku tadi hanya penyemangat darimu agar aku bisa
melepaskanmu seutuhnya. Sungguh ini lebih nyesak ketimbang nungguin server
internet yg lagi nge-down. Oke serius!
Kita bersenda gurau dan kembali pada
masa dimana kita selalu membagi suka dan duka secara bersama. Kau duduk
disampingku dan menjewer telinga ini, lalu berteriak keras “Aku cinta kamu..”
Kau pun tersenyum simpul. Senyuman ini yg mungkin tak kan pernah bisa dilupakan
oleh orang yg melihatnya.
Detail
mimpi ini sungguh sangat luar biasa. Kau tersenyum kepadaku, menggandeng erat
tangan yg kaku ini karena engkau tiba-tiba kembali padaku dan alunan tawamu yg
khas kembali terdengar di telinga. Aku sungguh rindu masa itu. Jika aku boleh
tinggal di alam mimpi dan mengulang kisah dengamu aku siap dan berjanji tidak
akan mengecewakanmu lagi. Jika boleh aku mengucapkan sesuatu, aku hanya ingin
mengucapkan dua kata saja “Aku menyesal”..
Turut Menyesal,
Dicka Wisnu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar