Sabtu, 10 Desember 2016

Kita Indonesia

Salam sejahtera, Indonesia!


Apakah Indonesia satu hanya pada saat melakukan penggelapan uang rakyat secara berjemaah? Apakah Indonesia sudah makmur, ketika para koruptor masih bisa menikmati hasil, sementara rakyat menderita? Itu bukan Indonesia yang kita kenal. Para koruptor tak lain hanyalah pihak yang mengatasnamakan diri mereka itu Indonesia. Mereka memang berteriak Indonesia, tapi bukan tertanam pada hatinya.

Korupsi, ribuan kali kita mendengar kata ini melalui media. Negara kita merupakan negara yang terpandang, negara yang disegani, hanya karena ada satu kata ini, Indonesia dipandang buruk di mata dunia. Indonesia rusak oleh oknum yang sama sekali tak bertanggung jawab dan menyebut diri mereka itu masih Indonesia.

Kita itu Indonesia, dididik dan dibesarkan dengan budaya yang baik. Pendidikan Pancasila, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan atau apapun nama mata pelajarannya mengajarkan korupsi bukan lah budaya kita.  Korupsi itu bukanlah suatu budaya melainkan moral rusak yang ditambah dengan keserakahan.

Media dan bahkan hampir kita semua hanya menyalahkan para koruptor untuk sebuah kasus korupsi. Bukankah kita semua salah di sini? Kita sebagai rakyat tidak sepenuhnya benar, kenapa kita hanya sekedar memilih pemimpin tanpa memiliki kapabilitas yang sesuai dengan harapan kita? Kita sebagai rakyat lebih memilih kuantitas ketimbang kualitas dari pemimpin kita. Lebih mementingkan kaum mayoritas tanpa kualitas ketimbang minoritas dengan kualitas yang baik. Coba tanamkan di dalam pikiran kita sekarang, kita sebagai rakyat harus bisa memilih tanpa mempersoalkan itu semua. Bersih, adil, mau berjuang untuk aspirasi rakyat, bukankah itu yang kita mau? Kita Indonesia, kenapa kita terpecah hanya karena memilih pemimpin?

  Mereka sebagai koruptor jelas bersalah. Kenapa mereka tidak dapat kita percaya setelah kita menitipkan sebuah harapan? Kita menitipkan harapan yang besar kepada mereka, pemimpin yang dianggap sebagai jawaban atas doa kita semua. Berharap mereka membela kita, memperhatikan kita dan mau berjuang untuk aspirasi kita. Mereka itu dari kita, rakyat. Kenapa mereka bersikap langit setelah kita pilih? Apakah mereka tidak sadar bahwa bangunan  dan fasilitas yang mereka gunakan adalah usaha dari kita semua?

Indonesia bukan diisi oleh kumpulan koruptor yang tidak dapat dipegang janjinya. Indonesia itu diisi oleh orang-orang yang berbudaya dan memegang teguh adat luhur yang bersih dan santun. Mereka, para koruptor, hanyalah kumpulan kecil dari kita yaitu Indonesia. Mereka itu hanyalah pihak minoritas yang punya sikap merusak nama baik Indonesia. 

Kita sudah melawan wabah ini sejak dulu. Apakah kita sudah berhasil? Belum. Apakah akan berhasil? Pasti. Kita memiliki semua di tanah Indonesia. Kita punya penyidik yang mampu membongkar wabah ini. Kita punya hukum yang mengatur semua. Kita punya rakyat Indonesia, pihak yang mendukung untuk Indonesia lebih baik.

Indonesia sudah memiliki dasar hukum yang kuat di sini. Mari kita telusuri sedikit, apakah pelaksanaan hukum di negara yang kita cintai ini sudah tepat? Kita melupakan kasus yang melibatkan antara tiga orang nenek yang mencuri beberapa buah coklat untuk menghilangkan sedikit rasa laparnya. Nenek itu kemudian ditangkap, lalu dihukum penjara selama lebih kurang satu bulan. Satu kasus lagi untuk dijadikan perbandingan, seorang remaja ditangkap karena dituduh mencuri sepasang sendal dan dihukum kurang lebih lima tahun. Mereka tertunduk lesu setelah mendengar keputusan pengadilan. Berharap hukum dapat memihak rakyat kecil seperti mereka. Jika memang mereka bersalah atas tuduhan itu dan kesalahan mereka sesuai dengan undang-undang yang berlaku, tegakkanlah hukum yang sudah dibuat tersebut. Tapi apa memang sudah adil untuk pelaksanaan hukum yang kita bandingkan dengan penangkapan seorang koruptor? Mereka, para koruptor, ditangkap, lalu kemudian melakukan sebuah klarifikasi di depan publik. Para koruptor itu berkata sambil tersenyum lebar bahwa mereka tak bersalah. Mereka terlihat bangga mengenakan rompi oranye yang memang terlihat pas dengan setelan yang seharusnya mereka pakai sejak dulu. Mereka menghadapi pengadilan dan tersenyum mendengar keputusan akhir. Mereka pada akhirnya tertawa dan sadar bahwa pada saat itu remisi yang banyak menunggu mereka. Apakah ini pelaksanaan hukum yang kita idamkan? Apakah ini hukum yang runcing untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah dan tumpul untuk masyarakat kalangan atas?

Siapa bilang Indonesia itu belum merdeka hanya karena kasus korupsi? Indonesia adalah negara yang sudah merdeka dan mandiri. Indonesia hanya sedang sedikit sakit karena wabah yang tak kunjung sembuh ini. Semua ikut merasakannya karena kita itu satu.

Kami, para rakyat, tidak akan pernah bosan menanti para pemimpin ideal yang mampu adil dan juga jauh dari kasus korupsi. Kami siap berperang dengan wabah ini. Kami menginginkan pemimpin yang dekat dengan Tuhan. Ketika dia ingin mendekati wabah ini, dia akan ingat pada Tuhan lalu membayangkan wajah menderita kami. Lalu pada akhirnya, pemimpin kami itu mengurungkan niat untuk mendekati korupsi dan kembali mengemban amanah kami.

Banyak negara yang sedang berperang untuk memberantas wabah korupsi. Salah satu negara yang berhasil yaitu, China. Negara ini sempat menduduki negara yang banyak melakukan korupsi di dunia. Sekarang, mereka berhasil memberantas itu semua. Pemanfaatan hukum yang tepat, pendidikan karakter pemimpin yang dibina sejak dini, penyidik yang sangat gesit untuk mengungkap kasus serta peran rakyat yang sudah jenuh oleh wabah korupsi mendukung semua itu. Semua aspek ini yang Indonesia butuhkan, bukankah ini yang menjadi cita-cita kita sejak dulu?

Rakyat selalu merindukan pemimpin yang bersih. Bersih dari apapun yang mengotori jiwanya. Apakah pemimpin seperti ini bisa kita ciptakan dengan sendirinya? Tidak. Pemimpin yang bersih dan kita idamkan itu hanya bisa dibentuk dari pembinaan karakter sejak dini. Pemanfaatan sosialisasi sejak dini harus lebih kita tingkatkan. Warung jujur, contohnya, kita selalu meremehkan hal kecil seperti ini. Hal kecil seperti ini dapat mendidik mental agar bersikap jujur dan bersih. Jika ini bisa kita kelola dengan baik, kelak kita akan mendapatkan pemimpin yang jujur, adil dan bersih seperti yang kita idamkan.

Harapan kami sebagai rakyat, jadilah seorang pemimpin idaman. Jangan pernah takut menjadi pemimpin yang benar. Kami sebagai rakyat akan terus melindungimu. Jangan pernah takut memihak kami, kelak kami juga akan membelamu sebagai pemimpin. Kau adalah pemimpin kami, kami tak mempersoalkan statusmu, selagi kau berteriak Indonesia dan kau orang yang bisa kami percaya, kami akan berjuang bersamamu. Kami tidak menginginkan seorang pemimpin yang terkenal, kami hanya menginginkan seorang pemimpin yang bisa kami hargai.


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru



Tidak ada komentar:

Posting Komentar