Teruntuk patah hati terhebatku,
Apa kamu sudah bosan membaca
seluruh surat yang aku buat ini? Bersabarlah sebentar, bacalah suratku sampai
surat yang terakhir, aku harap kamu masih bisa meluangkan waktu sebentar
untukku dengan hanya membaca surat ini. Pada surat kali ini, maaf, aku tidak
akan membahasmu. Aku akan membahas dia. Pria yang berhasil mengalahkanku. Dia, pria
yang berhasil menyadarkanku berapa penting artimu di kesepianku saat ini. Dia, pria
yang membuat aku sampai berputus asa seperti ini. Bukankah Sherlock pernah
kalah dari Moriarty walaupun hanya sekejap? Tak apa, kalau kamu memang
ditakdirkan untuk bersamaku, akan ku menangkan kamu nanti.
Hai, teman. Aku tak biasa
memanggil orang yang tak ku kenal sebelumnya dengan sapaan teman. Aku bukan tipikal
orang yang mempunyai banyak teman. Tanya saja padanya, dia tau aku lebih dalam.
Iya, tanya kepadanya. Tanya kepada wanita yang telah nyaris kau rebut dariku. Aku
juga mempunyai sedikit teman untuk berbagi. Tapi tak apalah, anggap saja aku
memanggilmu teman karena rasa terima kasihku. Iya, kau telah menyadarkanku
betapa penting arti wanita itu untukku. Cukup perkenalan kita kali ini.
Kemarin malam, tak sengaja aku
melihat kalian berdua duduk bersenda gurau bersama. Kau berhasil membuat
tawanya kembali. Kau juga tokoh yang berhasil menciptakan senyum yang sirna itu
kembali lagi. Harus aku akui, aku rindu semua senyumnya. Aku rindu tawa lebar
yang menghias di wajahnya. Sebelum kau, aku lah tokoh utama dibalik terciptanya
senyum dan tawa indah itu. Aku tak akan membahas itu lagi, aku akan pura-pura
tak melihat kalian. Wanitaku itu berhak untuk mendapatkan senyum dan tawa
indahnya kembali.
Teman, kau sudah jauh
melangkah di depanku. Kau berhasil memenangkan tawanya, senyumnya, semuanya,
termasuk teman-temannya. Tinggal menunggu waktu saja untuk dia melupakanku.
Tinggal menunggu hitungan hari, mungkin dia akan terlepas dari bayangku.
Seandainya kau serius pada wanitaku itu, bersabarlah.
Aku mendapatkan
informasi tentang kau dan tentang kalian. Aku sudah berusaha mengabaikannya.
Tapi ntah kenapa, hatiku masih menghiraukan sakit itu. Aku masih terpaku
mendengarkan dan kemudian sakit seperti ini.
Wanitaku itu, dia dulu adalah
seorang yang mampu bercerita sampai tengah malam bahkan lebih melalui via
telpon. Dengarkan kataku, yang harus kau lakukan, dengarkan ceritanya. Akan ada
rasa rindu tersendiri ketika dia tak lagi mau berbagi cerita denganmu.
Wanitaku itu, dia adalah
wanita yang tak suka dengan kesendirian. Sisakan waktumu untuk kau bagi berdua
bersamanya. Aku kalah di bagian ini, aku terlalu sibuk dengan urusanku waktu
itu. Aku bahkan hampir melupakannya. Kalau aku boleh jujur, sedikit pun aku tak
berniat untuk melupakan wanitaku itu, terlalu banyak yang aku kerjakan dan
wanitaku itu menjadi pihak yang terkorbankan.
Wanitaku itu, dia akan marah
ketika kau mengendarai kendaraan dalam keadaan laju. Dia tak peduli alasan apa
yang kau berikan, baginya keselamatan pasangannya lebih penting. Ketika kau
sedang bersamanya, jangan membawa keadaan dengan laju. Aku sedang tidak memberi
perhatian dengan kau, teman. Aku memberi perhatian ini kepada wanitaku itu. Dengarkan
kataku, ketika kau sedang bersamanya, tenanglah. Wanitaku itu hanya sedang
ingin berdua bersamamu lebih lama, jangan laju. Apa yang kau kejar? Bukankah di
atas aku sudah mengaku atas kekalahanku, aku tidak akan mencampuri urusan
kalian. Tapi ketika dia memang ditakdirkan untukku, akan ku menangkan dia
darimu, teman.
Teman, maaf, aku bukanlah
orang yang bisa menahan rindu dengan lama. Aku bukan orang yang bisa memendam
perasaan. Ketika kau nanti sudah memiliki hubungan yang serius dengan wanitaku,
aku akan meminta izin kepadamu karena aku sewaktu-waktu bisa saja menemui
wanitaku. Aku tak bermaksud mengganggu, sungguh. Aku juga tak akan mendekati
dia seperti yang aku lakukan jauh sebelumnya. Aku hanya akan menemuinya
sebentar saja. Aku akan mendekapnya erat dalam diamku. Aku akan bercinta dengan
wanitaku itu melalui sebuah senyuman tipis yang nanti aku lontarkan. Aku akan
menyampaikan semua rinduku padanya dalam hening.
Teman, aku bukan orang lemah
yang mungkin saja kau pikirkan. Kalau kau serius dengan wanitaku, lalu dia
pergi meninggalkanmu, maka perasaan kita akan sama. Jagalah dia bukan karena
aku yang meminta. Jaga dia karena kau adalah seorang pria dan kau pasangannya.
Maaf, aku terlalu banyak merepotkanmu. Maaf juga karena aku terlalu banyak
omong. Semua itu karena, dia wanitaku.
Sayang,
aku berharap yang terbaik untukmu. Kalau kamu ingin pulang, aku masih
menunggumu di sini.
lelaki lemah.
BalasHapusKambenggg.
Hapus